PRAPANCA.WORLD | Dikutip dari berbagai sumber, Dahulu Sebuah rumah besar berdiri sangat megah di daerah Karanggetas, Cirebon.
Huize Karang-Anom, atau Villa Karang Anom adalah sebuah mansion yang dibangun oleh Majoor Tan Tji Kie untuk putri tercintanya, Tan Ho Lie Nio.
Sang putri kemudian menempati mansion tersebut bersama suaminya, Kwee Tjiong In dari Kediri, yang menikah pada 1902.
Majoor Tan Tjin Kie. Seorang konglomerat gula ternama Hindia-Belanda yang lahir pada tanggal 25 Januari 1853. Dia memiliki ribuan hektar tanah, bangunan-bangunan mewah di Kalitandjoeng, Karanggetas, dan pesisir Cirebon. Di Loewoenggadjah dia memiliki dua pabrik gula dan satu istana megah yang diberi nama Binarong. Sederhananya, dia adalah orang terpandang dan terkaya di Cirebon.
Pada usia 29 tahun (1884), dia diangkat sebagai Luitenant der Chinezeen (Luitenant Wess en Boedelkamer), kemudian menjadi Kapitein pada 1888, dan akhirnya pangkat Majoor Tituler pada 1913. Gelar Majoor (non-militer), merupakan gelar tituler yang diberikan kepada masyarakat sipil karena pengaruh atau kekayaannya. Majoor (Tituler) der Chinezeen adalah pangkat tertinggi yang diberikan oleh pemerintah Hindia-Belanda kepada etnis Tionghoa di Hindia-Belanda.
De grootheid Karang-Anom yang didirikan pada 1880 secara historis mewakili langgam arsitektur Kolonial periode transisi. Perang Dunia pertama berakhir pada 11 November 1918, berbuntut krisis ekonomi yang melanda Eropa yang berdampak pada krisis ekonomi dunia.
Tak terkecuali Hindia-Belanda. Suksesi Gubernur Jendral dan resesi Hindia-Belanda pada tahun 1921, menyebabkan politik kolonial mengalami perubahan. Gubernur Jenderal Hindia-Belanda ke-66 Mr. Dr. Dirk Fock mendapat mandat untuk mengencangkan anggaran belanja dan meningkatkan pendapatan melalui pajak.
Tampaknya, periode ini adalah periode yang sangat pelik bagi Istri, anak, dan keluarga Majoor Tan. Pemerintah Hindia-Belanda memberlakukan sistem pajak ganda yang membuat beberapa aset keluarga Majoor Tan disita.
Pajak tersebut harus dibayar mahal dengan melepas status kepemilikan sejumlah rumah dan pabrik diantaranya Villa de Armada, pabrik gula di Loewoenggadjah, sebuah Istana di Binarong, rumah di pesisir, termasuk Mansion megah di Karanggetas.
Oleh pemerintah Hindia-Belanda, Mansion megah di Karanggetas yang juga disebut Huize Karang Anom dialihfungsikan sebagai hotel dengan nama Hotel Kanton.
Tahun demi tahun berlalu, Republik Indonesia berdiri pada 1945. Huize Karang Anom, pun berpindah kepemilikan menjadi aset Republik. Pada 1950 Pemerintah Republik Indonesia menjadikan gedung ini sebagai Markas Komando Resimen.
Di tahun 1980-an, Gerakan Pramuka Kota Cirebon pernah menempati sebagian gedung ini. Lalu gedung yang kemudian lebih populer dengan sebutan gedung ex-Korem ini dikosongkan dan sering dipakai untuk aktifitas masyarakat.
Juga kegiatan saat perayaan ulang tahun kota Cirebon. Setidaknya sampai sekitar tahun 1990-an, sebuah bangunan bersejarah masih kokoh berdiri di Jalan Karanggetas No. 64, Cirebon.
Pada pertengahan 1990-an, Yogya Grand Centre berdiri sebagai pusat perkantoran dan pertokoan.
Tepat diatas lahan dimana Huize Karang-Anom pernah berdiri. Kemewahan, kemegahan, nilai estetika, dan nilai sejarah bangunan peninggalan milik keluarga Majoor Tan itu tamat semuanya.